Jumat, 15 November 2013

Kuda thokol

KEBUMEN (KRjogja.com) - Kuda thokol  biasa dimanfaatkan untuk menarik dokar. Namun seiring  surutnya dokar, pasar kuda thokolpun kini menyurut. Peternak kuda Kebumen pun kini berupaya  mencari alternatif lain dalam beternak kuda.

" Saat dokar berjaya, kuda thokol memang jadi andalan peternak. Namun setelah dokar surut dan kuda ini tak lagi prospektif, kami pun beralih membudidayakan kuda pacu dan kuda kacang yang  dimanfaatkan sebagai kuda hiburan," ungkap Yusuf Adi Pamungkas (30), peternak kuda di Desa  Kuwarisan Kecamatan Kutowinangun Kebumen, Senin (10/9).

Kuda pacu atau balap dan kuda kacang atau kuda anjing kini dimanfaatkan sebagai kuda tunggang di obyek-obyek wisata dan karnaval seperti perayaan khitanan, khataman Al Qur'an  dan lainnya. Bahkan, kuda kacang milik Yusuf, setiap sore pukul 15.00 - 17.30 digunakan menarik bendi hias di kawasan Stasiun Kereta Api Kutowinangun.

" Bendi hias kami ini sangat diminati anak-anak. Setiap hari rata-rata diraup Rp 40 sampai Rp 50 ribu, diantaranya untuk membayar kusir dan membeli pakan kuda," jelas Yusuf.

Kuda kacang yang berperawakan kecil dan berasal dari Pulau Flores, NTT, harganya saat ini mencapai Rp 5 - Rp 6 juta perekor. Sedangkan kuda pacu yang berpostur tinggi besar Rp 50 -  Rp 60 juta perekor dan kuda thokol yang berpostur sedang Rp 15 - Rp 20 juta per ekor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar